Jangan Cepat Menilai Orang dari Gaya Bahasanya.

Dialog orang Surabaya memang terdengar sangat kasar dan keras, itu saya buktikan sendiri setelah 4 tahun lebih menetap di Surabaya. Mulanya saya sebagai orang jawa, sangat risih mendengar kata – kata kasar seperti Jancuk misalnya. Namun dibalik semua itu saya merasakan rasa keakraban dalam kata – kata yang diucapkan. Walaupun bahasanya kasar tetapi sebagian besar orang Surabaya itu baik hati, Coba lihat percakapan dari video disini!. Saya juga awalnya heran mendengar kata Jancuk sebagai panggilan yang penuh ke akraban. Namun setelah tahu, ya memang seperti panggilan keakraban saja.

Ya.. Bahasa Suroboyan ini memang cenderung apa adanya dan simple…. Dalam mengucapkan kata-kata sehingga membentuk kalimat orang Surabaya terkesan efisien.. Mereka tidak membutuhkan banyak kata untuk mendeskripsikan sesuatu hal atau keinginan mereka, tak heran pula kalau orang Surabaya sedikit gagap jika disuruh mendeskripsikan tentang suatu hal apalagi menggunakan berbahasa Indonesia

Dalam bahasa Surabaya sering didapati kata-kata kasar seperti ini dancuk, jancuk, jancok, cuk, taek, jangkrik, matamu, damput,asu dan lain-lain. Serangkaian kata-kata kotor itu pada penggunaan bahasa Jawa secara umum dipandang orang sebagai kata-kata yang kasar, saru dan kotor. Normalnya, kata-kata tersebut dipakai untuk memarahi dan membenci seseorang. Akan tetapi untuk masyarakat Surabaya kata-kata ini digunakan dalam situasi penuh keakraban, terutama kata dancuk, diamput, dan jangkrik (sebagai pengganti kata panggil, misalnya mas atau mbak.. menjadi cuk atau jancuk). Misalnya, “Yoopo kabarmu, cuk” normalnya adalah seperti ini “Bagaimana kabarmu, mas?”. Serta orang yang diajak bicara tersebut seharusnya tidak marah, karena percakapan tersebut diselingi dengan canda tawa penuh keakraban dan berjabat tangan dong… Hehehehe….

Tulisan ini banyak diambil diri blognya mas anang