Suara untuk saudara

Standard

Sabtu kemarin saya membaca koran kompas, isinya lagi – lagi masalah kemanusian yang membuat saya sangat terenyuh. Ada sebuah desa di perbatasan tepi barat jalur gaza. Desa tersebut terisolasi di sekelilingnya. Hanya ada satu jalan penghubung itupun dijaga ketat, hal ini membuat penduduk di tempat itu semakin menderita dan sulit.

Terlepas dari itu berapa banyak lagi ketidakadilan terjadi secara semena – mena. Maafkan diriku ini, Hanya seruan dan tulisan – tulisan ini yang bisa saya lakukan. Tuhan Engkau maha melihat.

Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berpikir waras ikut tersinggung kecuali orang gila dan orang yang memang berjiwa kriminil, biarpun dia sarja (Kommer, Anak semua bangsa – Pramoedya Ananta Toer)

Untukmu Gaza.

Kutitipkan dirimu kepada sebaik-baiknya penjaga

Standard

Waktu itu memang sudah berlalu
Dan semakin berlalu
Dengan bertambahnya jarum jam yang terus berjalan
Kukira hari itu aku mampu menghapuskan rasa rinduku

Namun dengan diammu engkau peringatkan aku
Aku telah lalai bahwa masih ada dinding pembatas
Sebuah dinding pembatas yang harus kita jaga
Kediamanmu mengajarkan kepadaku

Biarlah rasa ini tumbuh subur didalam hatiku
Biarlah rasa ini hanya aku dan Robb ku yang tau
Terbanglah tinggi sang merpati putih, aku tak perlu khawatir
Karena telah ku titipkan engkau kepada Sebaik – baiknya penjaga