{152} فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku.

{153} يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

{154} وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu h idup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

{155} وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,

{156} الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”

{157} أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Kemarin adalah hari minggu. There isn’t different between Sunday and Other day. Kalau di proyek serasa kalender hitam semua. Namun disisi lain saya bisa merubah yang kalender yang hitam menjadi merah. Bingung kan?… Maksud saya adalah ditengah kepenatan ada baiknya kita melakukan kegiatan menghibur, maksudnya adalah supaya kita tetap fresh dalam kondisi penuh tekanan. Dari pemikiran inilah kemarin sore saya yang sudah hampir 6 bulan di Makassar, mau jalan-jalan ke pantai. Dan Pantai Losari adalah tujuan saya.

Saya meninggalkan proyek (baca:tempat kerja) jam setelah lima sore. Dari depan proyek naik angkot turun di MTC Karebosi. Kemudian sedikit nyebrang untuk menjambung angkot arah jurusan Cendrawasih. Kebetulan saya berdua dengan teman sekantor saya. Tak berapa lama kami tiba di Pantai Losari. Matahari yang mau tenggelam terlihat cantik di ujung laut sana. Ya Kami melihat sun set.

Sun Set Matahari di Losari

Pertama kami berjalan dari tempat turun angkot tadi, dan tidak berapa lama kami berada di Pantai Losari. Disana penuh sekali orang sore itu. Mulai dari orang yang nimbrung saja, pasangan pacaran. Memang air di pantai ini agak keruh, mungkin karena pengaruh lumpur ya. Memang ini bukan pantai yang berpasir. Namun cukup dibuat melepas penat sambil memandang arah matahari yang mulai terbenam.

Orang-orang yang mau naik perahu

Saya mencoba untuk naik perahu yang disewakan disana. Satu orang 5 ribu perak untuk sekali putaran. Lumayan buat refreshing keluarga. Tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Yang penting sudah mutar pantai, walaupun waktunya hanya sebentar saja.

Seorang perempuan yang asyik menikmati sun set matahari Losari *maap ke Jepret*

Sore semakin sore, batas matahari dan laut sudah hampir berhimpit. Pertanda puncak keindahan sun set disore hari. Kami habiskan waktu untuk duduk melihat matahari itu. Hingga senja dan alunan Adzan Magrib memanggil untuk kita sejenak menghadap kepadanya. Great day at Losari. Saya sholat magrib dan pulang dengan membawa semangat baru untuk menyelesaikan tugas esok hari yang masih menyongsong.

Sering kali kita melihat atau menjalani suatu keadaan dimana pasangan / calon pasangan itu lebih muda. Entah yang lebih muda laki atau perempuannya. Bagaimana jika yang lebih muda adalah yang laki-laki. Memang sifat perempuan yang cenderung lebih dewasa, namun apakah hal ini salah? tentu saja tidak. Menurut hemat saya dengan tahu peranan masing-masing dan bisa menempatkan diri pada posisi yang benar semua akan berjalan dengan baik.

Lalu bagaimana jika yang lebih muda adalah perempuan. Apakah bisa sejalan dan searah? Mengapa tidak mungkin atau bisa lebih tegasnya bisa. Tentu saya akan menjawab pilihan optimis “bisa” dari pada pilihan pesimis “tidak”. Walaupun saya belum menjalani hal semacam ini. Menurut saya menyatukan visi dari dua keinginan yang berbeda adalah hal yang terpenting. Serta mengenyampingkan ego diri. Lalu bagaimana pendapat anda ?

Hari ini saya harus berangkat dari Makassar ke Jakarta untuk mewakili atas saya, besok ada rapat koordinasi bulanan di kantor pusat Jakarta. Hanya sehari saja senin esok. Sore tadi jam 2 berangkat dari Makassar. Tiba di Jakarta, Alhamdulillah tidak macet karena hari minggu. Kebetulan penginapan sebelah sama kantor (50 meter doang).

Setibanya di Penginapan langsung saja makan soto dijalan Otista, kangen sekali rasanya setelah beberapa waktu tidak mampir kesini. Ngomong-ngomong soal tugas dinas luar kota (baca:perjalanan singkat), empunya blog ini beberapa kali mengalami perjalanan singkat. Beberapa waktu lalu karena ada utusan mendesak, Berangkat dari Makassar jam 2 siang, sampai di Jakarta muter-muter dan jam 12 kembali lagi ke Makassar sampai jam 4 dan pagi harus bekerja lagi sampai jam 8 malam dikantor.

Weit stop! bukan, sama sekali tulisan bukan dibuat untuk mengeluh, orang saya perjalanan de el el-nya dibayarin kantor dan setiap saya kerja diluar jam saya dibayar. Maksud saya adalah bagaimana kita memaknai pekerjaan (baca:amanah) yang diserahi kepada kita. Saya sangat bersyukur atas apa yang terjadi pada diri saya saat ini. Coba bayangkan pekerja tol yang hanya duduk melihat-lihat mobil. Sopir taksi yang tetap bekerja di Hari Minggu.

Faktnya adalah bahwa sebagian besar waktu dalam hidup kita adalah digunakan untuk bekerja, So menikmati apa yang kita kerjakan adalah salah satu kunci menikmati kehidupan kita.

Bagaimana dengan orang harus “terpaksa” bekerja dengan waktu yang lebih yang lain dikarenakan amanah atapun tanggung jawab? saat saya bertanya pada sopir taksi yang saya tumpangi, pak Minggu sore ini kok masih tetap menarik, tidak libur sama keluarga ? “Pinginnya sih mas, tapi saya bekerja untuk biaya anak2 saya”. Ini adalah motif demi. Demi sebuah tanggung jawab, demi sebuah keluarga…

Pada saat anda, saya atau siapapun dalam kondisi seperti ini… Lebih mendalam lagi dalam memaknai. Membuat atau menyikapkan dan menanamkan diri bahwa bekerja adalah ibadah. Menanamkan motif bekerja karena ibadah membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, membuat kesulitan menjadi sebuah motivasi untuk belajar. Tak lebih baik kecuali apa yang kita lakukan adalah mendapatkan RidhoNya. Luangkan banyak waktu untuk keluarga kalaupun karena sesuatu hal tidak bisa, maka sesuatu hal tersebut adalah demi kepentingan keluarga dan orang yang kita cintai.

Jakarta 5-2-2012, Bertepatan dengan Maulid Nabi Junjungan Besar Kita Muhammad SAW. Di Park HotelSambil Lihat Streaming Fiorentina vs Udinese, serta mempelajari materi presentasi untuk esok hari (untuk sementara fiorentina tertinggal 0-1).