Menggali Hikmah di 2014

Standard

Tahun 2014 telah tutup buku, tapi apa yang tertulis dalam buku itu akan menjadi modal kita melangkah saat ini ke detik-detik selanjutnya. *Heleh…*. Kali empunya blog tidak akan menulis resolusi atau pencapaian seperti tahun-tahun sebelumya, karena tahun ini adalah era dimana resolusi digambarkan, diafirmasikan dan diwujudkan tak hanya sekedar tulisan.

Sebagai semangat untuk diri sendiri, empunya blog menggambarkan tahun 2015 ini adalah “tahun visual”, tahun visual dapat diartikan nyata, tahun tindakan nyata * Yes mode on*

Kebun Hikmah

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah buku, dalam buku itu dituliskan sebuah pernyataan yang intinya seperti ini, kalau seseorang memiliki kelemahan dan kelebihan, hal manakah yang harus diambil : belajar untuk membenahi kelemahan atau meningkatkan kelebihan?

Dalam buku tersebut diarahkan untuk meningkatkan kelebihan, anggap saja suatu hal yang terlemah itu adalah 5 apabila kita berusaha membenahi kelemahan menjadi 7, artinya nilai 7 adalah nilai rata-rata dan diluar sana banyak yang semacam ini.

Apabila kelebihan yang ditingkatkan semula 8 setelah dilatih menjadi 9, dimana nilai 9 tentunya lebih unggul dibanding yang lain. Atas pemahaman seperti ini saya sepakat hal yang paling efektif adalah mengetahui nilai lebih kita dan kemudian ditingkatkan.

Namun beberapa kasus untuk dapat menaikkan kelebihan ada sesuatu kelemahan yang harus diperbaiki, kalau kasusnya seperti ini, maka mau tidak mau kita harus tahu kekurangan apa agar kita semakin baik kedepannya. Alih-alih seperti menganalisa SWOT tapi dalam scope pribadi.

Maka seyogyanya saya sendiri akan membaca berulang-ulang postingan ini sebagai pengingat apa yang harus dirubah di tahun 2015. Hal-hal apa saja :

1.Tidur terlalu larut, atau kebiasaan begadang berdampak pada kondisi tubuh dan semangat esok hari. 2.Tidak mensegerakan hal yang bisa dikerjakan.
3.Kurang memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.

Lembaran tahun 2015 telah dibuka, hal-hal yang harus senantiasi mengiringi kita semua dalam mengisi lembar-lembar kedepannya.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)
Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung.
Bersykur, bersyukur dan bersyukur.

Banjir apa solusinya

Standard

Kurang lebih empunya blog sudah mengalami 2 periode banjir tahunan yakni awal Januari 2013 dan Januari 2014 ini di Jakarta. Jika tahun lalu banjir cukup besar, tahun ini lebih besar. Lokasi kerja berada dekat dengan area langganan tahunan banjir, jadi bagaimana situasi banjir, bagaimana pengungsi banjir dapat tergambarkan dengan jelas. Terutama sebagian pekerja dari perusahaan kami ada yang sebagian kerendam mes-nya.

 Foto sungai di fly over kalibata waktu banjir puncak

Mari sobat blogger kita sebagai seorang pemimpin, solusi apa ya yang bisa diambil untuk mengatasi banjir tersebut ? Oh ya Banjir ini terjadi karena ada kiriman dari air dari puncak Bogor. Banjir juga terjadi di Manado yang sangat parah dan terakhir di Semarang juga. Pikir punya pikir empunya blog punya beberapa buah pikir yang akan ditulis disini :

Bermula dari cuaca yang cenderung turun hujan dalam intensitas tinggi, kalau dari pengalaman jatuhnya dibulan desember, awal januari, februari (CMIIW ato data akuratnya bisa lihat dari data record badan meteorologi dan geofisika). Hujan turun dan air hujan jatuh pada suatu area, bolehlah kita sebut area itu dengan catchmen area. Catchmen area tersebut yang menerima air hujan, air diresapkan ketanah sebagian dialirkan ketitik terendah, biasanya sungai.

Illustrasi Catcment area
Masalahanya apa penyerapan yang dilakukan sudah maksimal ? dahulu sebelum dibangun daerah itu anggap saja rerumputan atau daerah pepohonan, namun sekarang di aspal, di secreed beton, notabene mengurangi resapan tanah, dan segala babibubebo yang dilakukan membuat misalnya dulu hujan 10, meresap ke tanah 7 yang ke sungai 3, nah sekarang menjadi hujan 10, meresap ke tanah hanya 4 dan yang 6 ke sungai, sungai over. Ya kalo hujannya di 1 desa saja, tapi kalau akumulasi dari beberapa kabupaten, over kan…!

Lha terus apakah tidak boleh ada pembangunan ? tentu saja boleh. Namun yang perlu dipikirkan dilakukan adalah membuat suatu sistem yang dapat menggati fungsi resapan akibat pembangunan yang dilakukan tadi memasang sumur resapan, biopori.

Illustrasi biopori

Biopori prinsipnya sederhana, lubangi saja tanah disekitar rumah dengan diameter 10 cm kedalaman 80 cm, namun karena lubang harus hati-hati, sebaiknya atapnya ditutup dengan grill besi atau pakai kawat ayam. Yang kedua menggunakan sumur resapan, memang perlu duit sih kalau mau buat sumur resapan, akan cukup memberatkan bagi orang rumahan, namun peraturan daerah telah dibuat aturan untuk menentukan syarat pemasangan sumur resapan.

contoh sumur resapan dari bata

Terus yang gak kalah penting adalah sampah, sampah plastik terutama. Gak tahu gimana lagi cara ngurangin sampah ini, tapi saran saya sebaiknya pas ke indomaret, alfamart, atau Circle-K, bawa tas sendiri aja dari rumah, jangan mau dikasih plastik sama embaknya. Kembali lagi ke banjir, sampah yang ikut terbuang ke sungai membuat sungai yang luas penampangnya semula dari 15 menjadi 8 (anggap aja ya), sungai menjadi dangkal, kalau dangkal pas air membludak larinya ke rumah disekitar.

Untuk mengembalikan ukuran penampang sungai harus dilakukan pengerukan sungai (normalisasi sungai), teorinya mah gampang, namum pas prakteknya sangat sulit, bagaimana excavator bisa mengeruk sungai jika disepanjang sungai ada rumah kan nggak bisa lewat, terus kalaupun dipaksakan excavator tetap mengeruk, limbahnya mau dibuang kemana orang disekitarnya rumah, buat jalan excavator masuk saja sudah susah.  Berarti harus ditertipkan dulu rumah disekitar bantaran sungai. Kemudian normalisasi bisa jalan. Terus bagaimana cara merelokasi orang disekitar bantaran? mari cak kita pikir bareng – Normalisasi tetap harus dilakukan.

area bantaran penuh rumah, normalisasi jadi sangat sulit

Bagaimana dengan sudetan, sudet dilakukan untuk memecah tampungan air dari suatu sungai, misal nih yang lagi hangat dibicarakan yaitu ciliwung mau disudet ke cisadane. Bagus sih mengurangi beban (asal tanpa ada catatan), namun bagaimana kalau ada catatan, catatan tersebut antara lain : kalau daerah di cisadane resapannya kurang, kondisi sungai mendangkal karena sampah, malah-malah akan menimbulkan banjir di area cisadane. Menurut saya normalisasi adalah cara rasional selain menambah area resapan.