Review saya untuk Buku Man’s Search For Meaning

Standard

Preambule dari saya pribadi. Saya menilai buku ini sangat bagus dan bermanfaat, saya sendiri meyakini akan mengulang baca lagi buku ini, mengapa? yang karena isi dari buku ini sangat berbobot dan jika diterapkan saya yakin sangat akan bermanfaat.

buku mans-search-for-meaning

Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian : Pertama Adalah cerita Pengalaman Di Kamp Konstrasi. Penulis yang mengalami kehidupan di Kamp Konsentrasi selama kurang lebih 3 tahun. Dari Pengalaman di Kamp tersebut, penulis mengalami sendiri bagaimana tekanan selama kamp mempengaruhi Individu (dalam hal ini tawanan) dalam merespon keadaan.

Kehidupan di kamp, yang benar – benar tidak memberi apapun bagi para penghuninya, yang ada hanya penderitaan yang tidak bisa dihindari, dengan keadaan seperti ini manusia pun masih memiliki kebebasan menentukan sikapnya.

“Apa pun bisa dirampas dari manusia. Kecuali Satu : Kebebasan terakhir seorang manusia – kebebasan menentukan sikap dalam setiap keadaan. Kebebasan untuk memilih jalannya sendiri”

Dalam kehidupan kamp yang penuh tekanan dan penderitaan yang serasa tiada batasnya, banyak sebagian dari tawanan yang merasa putus asa dan meninggal baik karena sakit maupun karena hukuman. Namun mereka yang mampu bertahan sampai hari pembebasan adalah mereka yang memiliki harapan dan makna dalam menjalani penderitaan yang dihadapi.

Saat yang jalani walaupun hanya penderitaan, namun jika bisa dimaknai, sebuah penderitaan pun bisa sesuatu yang sangat bermakna dalam hidup.

Pada Bab dua dibahas mengenai Logoterapi, secara singkat logoterapi ini adalah dari Kata Logos yang artinya “makna” yaitu sebuah terapi yang dilakukan dengan menemukan makna terhadap suatu hal yang dihadapi.

“Perhatian utama manusia bukan untuk mencari kesenangan atau menghindari kesedihan. Tetapi menemukan makna didalamnya”

Bagian 3 ada Catatan akhir. Optimisme ditengah tragedi. Logoterapi mengejarkan menemukan makna dalam hidup walaupun mengalami 3 serangkai tragedi. (1) Penderitaan, (2) Rasa Bersalah dan (3) Kematian. Penderitaan : Mengubah penderitaan menjadi keberhasilan. Mengubah Rasa Bersalah menjadi kesempatan untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Dan memandang kematian sebagai ketidak-kekalan hidup untuk selalu bertindak dengan penuh tanggung jawab.

Dengan membaca tulisan ini, tentu belum semua maksud dalam buku tersebut tersampaikan, saya rekomendasi para pembaca blog ini untuk membaca buku tersebut, agar point per point yang disampaikan dalam buku dapat tertangkap semua.

Bagi saya Buku ini sangat bermanfaat dan sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Postingan ini Ditulis di Depok, 12 Agustus 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *