Berbicara kalender jawa, dulu mbah – mbah penulis, dalam ini mbah lanang, atau mbah wedok yang biasa menyebut-nyebut kalender jawa saat melakukan percapakan mengenai hari atau tanggal.

Atau di rumah, karena dekat dengan pasar Sapi, maka setiap ada sapi lewat berarti Wage, sementara kalau banyak kambing yang seliweran, berarti Kliwon. Karena memang Pas hari – hari itu pasar sapi atau pasar kambing dibuka.

Kalender Jawa
Kalender Jawa

Apalagi setelah mulai kerja, dan tinggal di daerah berbeda, nyaris penulis nggak pernah lagi melihat atau menyebutkan hari ini Legi, pahing, pon, wage atau kliwon.

Sebagai orang kelahiran Jawa yang notabene mbah-mbahnya familiar dengan penanggalan Jawa ini, saya sendiri belum dalam memahami filosofi penanggalan Jawa ini, dan mungkin hanya sekedar tahu saja.

Yang sering saya dengar adalah weton, setiap hari kelahiran memiliki nilai atau angka, yang secara filosofi saya belum banyak memahami. Jadi Ketika ditanya Weton mu apa? yang saya bisa menjawab.

Mungkin perlu bab khusus mempelajari bagaimana pemahaman kalender jawa ini, namun bagi saya sendiri ini adalah budaya, mengetahui atau memahami budaya itu berarti turut melestarikan, karena makin kesini pelajaran dari budaya ini makin tidak terbaca dan terabaikan.

Mungkin sering juga, ketemu orang dan ditanya hari ini Hari Rabu apa? pasti sebagian besar ga banyak yang tau. Ya harapan saya jangan sampai generasi yang sekarang sampai benar-benar nggak tau budaya asal.

Kenapa kok nulis tulisan begini?

Karena sebelah saya ada kalender yang ada keterangan penanggalan Jawa-nya dan buat stay calm dengan menulis diblog…

Masih di Sepaku, Kalimantan Timur. Cuaca minggu belakangan memang sering kali berubah disini. Panas, kemudian hujan. Efeknya flu sedang menjamur dimana mana. Perasaan Kemarin awal puasa kena flu, sekarang kena lagi.

Ini Cover aja, nggak nyambung sama isinya

Sebenarnya menulis blog ini adalah bagian dari pemanfaat waktu untuk hal produktif, asalkan ngeblog nya ga di waktu-waktu kerja. Nulis buat relaksasi.

So di middle mei ini, beberapa hal yang pingin saya sharing.

Yang pertama adalah :
cuaca nggak menentu. Ditunjang lokasi site kadang berdebu saat kering. Sehingga menjaga kondisi tubuh itu harus. Juga waktu untuk istirahat harus cukup.

Yang kedua :
Bekerja di area remote potensi jenuh sangat tinggi, harus ada hal – hal lain yang bisa dilakukan untuk menjaga agar emosi tetap stabil, hal ini bertujuan agar kinerja juga konsisten tidak naik turun dan tetap bisa berfikir rasional di situasi apapun. Klo saya nulis begini salah satunya.

Yang ketiga :
Salah satu project pribadi saya adalah membaca buku yang bermanfaat diselang waktu luang. Kebetulan yang lagi on going saya baca adalah buku adalah : Mindset: The New Psychology of Success Paperback – December 26, 2007.

Buku Mindset yang sedang di baca

Banyak rekomendasi, saya lihat di Rating amazon nya pun bagus. Saya belum banyak membaca isinya.. semoga bisa istiqomah project membaca buku ini, syukur – syukur bisa bermanfaat dengan menerapkan hal-hal positif yang ada di dalamnya.

I have to make a to-do list, but i often neglect most of them. This post was addressed to me. Something that i should read when i ask myself how to start and accomplish my stuff.

How to avoid delaying an activity

I would like to share my experience based on a book that i read. The first used the 5-Second rule, Popularized by mel Robbins, is a technique used to overcome procrastination and take action.

The second, 2-minute rule is a productivity technique that suggests if a task can be completed in two minutes or less, you should do it immediately instead of adding it to your to-do list.

Kali ini saya sharing tentang setup audio. Saya memang penggemar atau hobinya audio. Mulai dari jaman walkman pakai kaset dulu, kemudian usb player, creative mp3 player, ipod sampai dengan audio player portable yang ada saat ini saya masih mengikuti.

Selain portable saya juga suka audio desktop, mulai dari speaker, pre amp, ampli sampai pemutar musiknya itu sendiri. Speaker pasif merakit sendiri. Mulai dari ngebox, bikin crossover, solder, sampai finishing cat.

Nah karena saya suka dua duanya maka saya perlu setup yang bisa dalam dua kondisi tersebut. Baik portable maupun desktop. portable yang bisa di bawa sementara yang desktop untuk setting diruangan.

Setelah berjalan sekian lama akhirnya ketemulah setup yang ideal menurut saya. Berikut saya share break down dari setupnya seperti foto berikut :

Tampilan setup Portable saya

Saya coba share satu persatu urutannya. Yang paling pertama adalah pemutar audio playernya… ibarat mesinnya. Saya menggunakan raspberry pi3 sebagai basic dapnya, karena diraspberry ada software khusus buat pemutar audio yang menghasilkan output suara yang sangat bagus.

Raspberry pi 3 sebagai Mesin pemutarnya

Kemudian kalau menggunakan raspberry pi3 saja masih ada keterbatasan yaitu Digital to analog bawaan nya memiliki kualitas suaranya biasa aja. Untungnya raspberry ini ada connector i2s yang dapat dipasangkan dengan DAC external.

Maka saya pasangkan lah dengan PIFI Digi+ sebuah addon (tambahan) untuk pengolahan Audionya. Pifi digi memiliki dac dari wolfson yaitu wolfson wm8804 yang spesifikasinya bisa dilihat disini. Wolfson memiliki karakter yang warm. Keluaran Dari Pifi digi + ini adalah output optical dan Coaxial. Saya gunakan yang coaxialnya sebagai keluaran.

ini dia tampilan pifi digi + (yang warna biru)

Outputnya yang warna kuning itu adalah coaxial dan yang sebelah kiri ini (yang ada putih) adalah optical. Jadi outputnya belum berupa analog ya, masih digital. Ibarat Komputer sudah ada soundcardnya tinggal kita install softwarenya mau windows atau linux, nah kali ini saya install Moode. Moode adalah os khusus pemutar audio yang diinstall di Raspberry.

Sebelum mengenal Moode saya terlebih dahulu kenal sama Volumio, sebuah software audio yang lebih terkenal, lebih user friendly. Lama sekali menggunakan volumio ini, sampai akhirnya ingin mencoba Moode. Karena penasaran dan ingin ganti suasana maka saya installah Moode ini.

Dan saya terkejut, suara yang dihasilkan jauh lebih bagus, lebih bersih dan lebih rapi dibanding dengan volumio. Kalau urusan suara saya pilih Moode dari pada pakai volumio. Kekurangannya adalah installasi yang lebih rumit dan perlu beberapa step khusus.

Ini tampilan Software Mode

Sama juga seperti volumio, Moode ini merupakan server. Jadi setelah saya install raspberry + Moode ini, akan ada wifi spot yang terbentuk, saya mengendalikan software dengan device yang terkonek ke hostspot moode ini. Sehingga sangat fleksibel, yang penting konek ke wifi bisa diakses softwarenya. Bisa pakai smartphone, laptop, tab dll.

Untuk proses selanjutnya Keluaran dari Coaxial dari Pifi Digi+ saya teruskan ke SMSL SU1. SMSL SU1 ini adalah sebuat Mini DAC yang dacnya AK4493S. AK 4493S adalah salah satu DAC high end. Implementasi yang baik di SMSL SU1 membuat kualitas suaranya sangat bagus dengan harga yang dibilang masih OK.

Layaknya DAC yang harganya jutaan, SMSL SU1 ini memiliki kualitas jutaan dengan harga terjangkau. Biasanya saya langsung pakai dari Laptop ke SMSL SU1 ini, karena dia memiliki input Coaxial, USB C dan Optical dan keluarannya adalah RCA saja. Karakter dari SMSL SU1 ini clear, bening, dan detail. Untuk pendengar musik yang serius (audiophile) sangat cocok. Namun kekurangannya agak bikin capek.

Jadi kalau digabung dengan wolfson dari Pifi Digi + yang karateristiknya Warm dan ketemu SMSL SU 1 yang clear, detail ini jadi sangat cocok. Low nya lebih berbobot dan berkualitas, sedangkan Mid dan Highnya OK ikut bawaan dari SMS SU1. Ini sinergi yang baik sih menurutku.

Ini dia penampakan SMSL SU1

Selanjutnya dalam dunia audio kabel konektor ini sangat berpengaruh terhadap suara. Percaya ga percaya, namun itu fakta. Kabel sangat berefek pada kualitas suara yang dihasilkan. Untuk Konektor Coaxial antar Pifi Digi+ dan SMSL SU 1 saya menggunakan kabel Vermouth Serenade, seperti pada foto dibawah ini.

Kabel vermouth serenade yang saya tunjuk pakai jari

Selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah Speaker atau headset yang dipakai. Kualitas audio yang baik namun kalau speaker atau head set nya jelek tentu kualitas juga ga maksimal. Nah untuk desktop saya masih ada Preamp tabung dan ampli robertson 4010, namun ga kita bahas ditulisan kali ini.

Nah untuk keluaran yang saya pakai adalah menggunakan earbud. Earbud adalah speaker di cantolin di kuping. Earbud ini yang paling sederhana dibanding yang lainnya. Paling simple. Earbud ini adalah earbud Diy artinya dirakit sendiri dari beberapa komponen. Ini penampakan earbudnya.

Tampilan Earbud DIY saya

Untuk earbud buatan sendiri (DIY Earbud), beberapa hal yang mempengaruhi kualitas suara. Dimulai dari Driver, Housing, Kabel, Jack terminasi dan Timah yang dipakai. Coba saya breakdown satu persatu.

Pertama dari driver, driver saya ambil (copotan) dari Yuyin Y100. Earbud dipasaran yang harganya sekitar 40 ribuan. Driver bawaan yuyin y100 Secara default sudah memberikan detail yang bagus. Bass dengan kuantiti yang cukup. High yang bagus.

Namum yang menjadi kekurangan adalah mid nya. walaupun ga terlalu maju. Namun memberikan efek pengang dan pegal ditelinga kalo untuk long listening (tergolong dry). Untuk housing saya menggunakan housing umum sejuta umat yang bentuknya standar.

Earbud Diy Ku

Selanjutnya adalah kabel, untuk kabel yang saya pakai adalah kabel mogami 2799. Kabel ini memiliki resolusi suara yang sangat baik, detail, seluruh instrumen terdengar dengan jelas. Untuk Timah menggunakan viablue dan jack menggunakan silver Oyaide yang memiliki karakter clear dan detail.

Karakter dari Earbudnya menjadi : Lebih Detail dan Resolusinya upgrade. Vocal jadi clear dan smooth dibanding bawaan dari Yuyin y100.