The less of them you have; the more one is worth

Standard

Sore ini tiba-tiba pikiran nggeladur. Seminggu belakangan badan ini terasa ngedrop. Entah terlalu capek, masuk angin atau memang perlu bad rest untuk istirahat. Ya ini sekitar seminggu yang lalu. Senin malam setelah bekerja sempat belanja untuk buat beli pompa sumur dalam

Namun badan sudah kerasa kurang enak. Benar aja paginya tepar dan perut terasa sakit. Nyeri dan tidak biasanya. Akhirnya dengan bantuan pak Driver proyek saya diantarkan berobat. Nah itu seminggu lalu. Pagi ini Alhamdulillah sudah mulai beraktivitas kembali dengan suasana recovery paska seminggu sebelumnya

Gambar Hanya sebagai pemanis saja

Ditengah cuaca di Depok yang selalu hujan saat sore hari dan cuaca berangin yang menggetarkan penutup kalbu (baca : kulit) akhir – akhir ini. Ditambah Kabar covid yang kembali meningkat, serta naiknya demam berdarah, karena beberapa waktu lalu ada teman sekantor yang kena DBD juga tentu menambah was-was akan kondisi kesahatan.

Kata – kata yang saya suka “Blessing in Disguise”, ditengah-tengah peristiwa yang kurang baik, selalu ada pelajaran yang bisa diambil. Dari sini kita diajarkan mawas diri untuk selalu menjaga kondisi badan, bagaimana mengatur makanan yang sehat walaupun keadaan ideal tidak selalu kita dapat.

Kembali lagi ke topik awal, sore ini tiba-tiba teringat sebuah film The Batman yang saya tonton 26 Maret 2022 lalu. Di scene terakhir terdapat penggalan dialog yang tiba – tiba saya terngiang dan teringat.

“The less of them you have; the more one is worth”
Kalau aku terjemahkan versiku sendiri, semakin sedikit apa yang kamu miliki, maka hal itu akan membuat semakin berharga.

Kalau saya menangkapnya ini adalah salah satu bentuk syukur. Klo boleh dikatakan begitu. Sebagai pendekatan, terkadang kalau kita memiliki jumlah suatu barang yang banyak kadang – kadang kita tidak terlalu peduli dan abai. Beda klo kita punya sesuatu tinggal satu dan itu penting bagi kita tentu akan kita jaga dengan baik.

Walaupun dialog diatas yang mengucapkan adalah tokoh Joker yang merukapan antagonis, namun klo kita resapi kata-kata diatas memiliki makna yang positif. Jangan diartikan sebagai sifat pesimis karena sedikit yang kita miliki, namun bagaimana membuat apa yang kita miliki saat ini menjadi berharga.

Review Die Hard (1988)

Standard
Die Hard 1988

Die Hard ini tergolong film lama yang diputar 1988. Pada saat mencari-cari film genre action ketemu film ini. Die Hard ini memiliki skor  yang lumayan di IMDB. Apa lagi adanya actor semacam Bruce Willis tentu saja sudah menjadi jaminan film ini benar-benar action. Setelah ngedownload dan menikmati film yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini, berikut adalah penilaian saya tentang film Die Hard 1988 ini :

Alur Cerita

Bruce Willis yang didapuk sebagai tokoh utama John McClane adalah seorang officer polisi. Pada saat pergi ke gedung Nakatomi Plaza Hotel dimalam Natal, ternyata gedung tersebut telah disatroni sekelompok teroris Jerman. Pada saat yang bersamaan Istri John, Holly Gennaro yang diperankan oleh Bonnie Bedelia juga berada digedung itu. Teroris mulai beraksi dengan menutup pintu akses keluar serta memutus komunikasi dari gedung itu. Ditengah ancaman para teroris dan banyaknya sandera, John mulai bergerilya menghabisi musuhnya satu persatu. Dimalam yang seharusnya dirayakan itu menjadi malam yang penuh ketegangan bagi John. Aksi Bruce Willis terlihat sangat apik dalam usahanya bersembunyi lewat ducting AC, upaya penyelamatan dalam menjinakkan Bom, membuat yang menonton film ini tidak bakalan mengantuk.

Karakter

Sepertinya sudah menjadi jaminan nama seorang Bruce Willis dapat membuat sebuah film menjadi benar-benar action. Seperti pada film-film yang lainnya, Bruce Willis tampil apik dalam membawakan alur ketegangan sepanjang film. Nilai lebih dari film ini adalah Action yang dibawakan mendekati realitas, dalam arti pemeran utama tidak mudah dalam mengalahkan musuh-musuhnya. Pada scene masuk pintu lift, pada saat kaki terkena pecahan kaca, pada saat usaha penjinakan bom, Jeb Stuart mampu menyuguhkan alur film yang mendekati realistis. Karakter lain yang menurut saya menonjol adalah sang antagonis pimpinan teroris Hans Gruber yang diperankan Alan Rickman. Ekspresi Rickman sepanjang film mampu menarik saya untuk menyematkan bahwa dia adalah tokoh paling antagonis di film itu. Seperti film-film bagus lainnya, setiap scene dari film ini memaksa saya untuk terus melihat karena memang scene yang disajikan sangat apik.

Sinematografi

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya. Setiap scene di film ini menunjukan detail yang bagus. Ekspresi wajah masing-masing karakter memang membuktikan seperti itulah film yang bagus. Selama kurang lebih 2 jam, penonton akan dibawa ke situasi tegang. Beberapa kejadian cerdik yang dilakukan tokoh utama cukup membuat saya berdecak kagum, ini “Smart Action Movies”.

Kesimpulan

Jika ada yang mengatakan bahwa film ini adalah film Action sepanjang masa, saya setuju. Film ini memang Totally Action, Rekomendasi sekali untuk ditonton, tidak akan membuat anda mengatuk, alur cerita yang cukup cerdas, dan ditambah aktor-aktor brilian yang menjalankan perang masing-masing. Sangat patut untuk ditonton.

Movie Review 300 Rise of an Empire

Standard

Malam tadi empunya blog berkesempatan nonton 300 Rise of an Empire. Berawal dari rasa kecewa setelah menonton  bola karena tim kesayangan saya Fiorentina harus kalah dari Juventus. Langsung saja menuju XXI Kalibata. Kali ini memang sengaja untuk menonton 300 Rise of an Empire. Berikut ini review saya setelah menonton 300 Rise of an Empire ini.

300 Rise of an Empire Movie

Alur Cerita
Alur cerita dalam 300 Rise of an Empire ini berkaitan erat dengan film sebelumnya, 300 (Spartan). Karena cerita Film 300 Spartan merupakan bagian cerita dari 300 Rise of an Empire ini. Cerita film ini dimulai dari awal ketika seorang pemimpin pasukan perang Yunani Themistokles (diperankan oleh Sullivan Stapleton) dalam suatu pertempuran berhasil membunuh King Darius dari Persia tepat dihadapan putra King Darius, King Xerxes. Dalam masa berkabuhnya King Xerxes dengan bisikan Artemisia (diperankan Eva Green) seorang jendral perang perempuan yang mempunyai masa lalu yang kelam dengan pasukan sipil Yunani.

Dimulailah serangan dari Persia, dengan segala upaya Themistokles mempertahankan persatuan Yunani, salah satunya dengan meminta bantuan dengan pasukan Sparta, dalam perjalanannya Pasukan Sparta yang dipimpin King Leonidas dikalahkan oleh oleh pasukan King Xerxes (bagian ini diceritakan secara lengkap di Film 300 Spartan). Akhirnya dengan keadaan sangat terdesak dan dengan pasukan seadanya Themistokles harus melawan pasukan dari persia. Ending film ini menandakan kalau akan ada sekuel film selanjutnya. 

Karakter
Kalau di sekuel pertama, kita disuguhkan dengan keberanian seorang King Leonidas (diperankan Gerald Butler), di 300 Rise of an Empire ini akting Sullivan Stapleton yang didapuk sebagai Themistokles mampu menutupi kekurangan film secara keseluruhan. Eva Green yang didapuk sebagai tokoh antagonis mampu mengimbangi Sullivan Staptelon karena memang kedua karakter ini yang paling banyak muncul di scene.

Sinematografi
Menurut saya kekurangan film ini adalah di efek visualnya, terlalu “Bloody”, hal ini membuat seakan akan kurang real. Cukup sewajarnya saja, yang seharusnya ditonjolkan adalah tiap karakter bukan efek yang berlebih.

Pesan Moral
Kalau mengamati dengan seksama film ini, sebenarnya banyak pesan moral yang diambil, beberapa pesan moral yang dapat saya petik dari film ini yang artinya antara lain sebagai berikut :

” Masa depan dapat digambarkan dari apa yang kerjakan saat ini – Themistokles”
” Saat perjuangan terasa berat, coba lihatlah orang yang juga berjuang disekelilingmu, orang-orang yang kamu cintai – Themistokles”

Overall film ini layak untuk ditonton, sebagai hiburan dan beberapa bagian scene didalamnya memberikan pelajaran yang dapat diambil.