Memberi adalah perbuatan yang mulia apalagi jika pemberian kita di amini dengan rasa tulus dan ikhlas. Memang memberi adalah perbuatan yang mulia, Namun bagaimana jika orang yang meminta itu banyak dan berdatangan tiap hari. Terkadang muncul keraguan dalam diri, apakah dengan memberi para peminta tersebut setiap datang meminta adalah perbuatan yang bijaksana. Terbersit dipikiran “lama – lama menjadi kebiasaan”, berapa model peminta sumbangan yang pernah aku jumpai akan saya sedikit ceritakan disini, di kos ku, sering kali kedatangan peminta sumbangan, mulai dari ibu-ibu yang gendong anak-anak kecil, entah itu anaknya sungguhan atau bukan, Ada lagi seorang bapak – bapak yang meminta sumbangan untuk pembangunan tempat ibadah, mula – mulanya saya yakin tapi karena datangnya terlalu sering, saya jadi merasa aneh juga. Selain di kos, di kampusku pun sering kedatangan orang meminta sumbungan, dia memberikan amplop.

Anehnya hal ini rutin dilakukan, terus orang yang meminta sumbangan adalah orang – orang itu saja. Semula memberi adalah sebuah perbuatan yang menyenangkan, namun kalau seperti ini juga kita akan berfikir dua kali untuk memberikan sumbangan kita. Pernah nih, ada ibu-ibu minta sumbangan, karena sibuk nge print (ada deadline) saya terpaksa menolak ibu – ibu tadi, namun sikap sang ibu itu agak marah dan dengan mulut komat – kamit mengguman yang tidak jelas pergi sambil memaki – maki saya (mungkin), saya hanya bisa geleng – geleng, katanya kita mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, tapi dalam hemat saya semakin banyak saja para peminta – minta. Sebenarnya ini adalah permasalahan bersama yang juga harus kita pikirkan dan pecahkan bersama – sama.