Berbicara Tentang Prioritas

Standard
Kita pasti pernah mengalami masalah dengan menentukan prioritas apa yang akan kita lakukan. Misalkan anda besok ada ujian ceritanya anda disini ingin belajar dengan tenang agar supaya mendapat nilai bagus seperti ujian – ujian yang sebelumnya, nah pada saat anda asyik belajar tiba – tiba ibu anda menyuruh anda menjemput saudara anda yang telah lama menunggu dibandara, anda menggerutu karena menjemput memerlukan lama dan itu akan mengganggu jadwal belajar! klo seperti ini apa yang anda lakukan? menolak menjemput, belajar dulu baru menjemput atau menjemput dan sedikit waktu untuk belajar! nah seperti itulah salah satu contoh tentang pilihan prioritas. Berbicara tentang prioritas, disini saya akan membagi tentang kolom pilihan atau anda juga bisa menyebutnya kolom prioritas, yang terdiri dari 4 kolom yaitu Penting, Genting, Tidak Penting dan Tidak Genting, seperti pada gambar dibawah ini:

Menurut Anda, manakah yang harus didahulukan? Penting dulu dong! oh yaa… usia anda sekarang 21 tahun dan akan menginjak usia 22 tahun 29 hari lagi. Anda punya rencana untuk menikah di usia 25 tahun untuk pria atau 23 tahun untuk wanita, menikah adalah urusan yang sangat penting. Buang air kecil adalah hal yang tidak penting, hal yang setiap hari kita lakukan, nah jika anda kepingin dua duanya yaitu kepingin menikah dan kepingin buang air kecil pada saat yang bersamaan, maka mana prioritas anda? yang penting? dengan catatan anda harus siap – siap kencing batu atau mendahulukan hal yang tidak penting duluan, yaitu buang air kecil! nah dari sedikit contoh diatas dapat kita simpulkan bahwa sesuatu yang tidak penting bisa menjadi genting dan harus kita dahulukan dan sebaliknya sesuatu yang penting belum tentu genting, Sampai disini ! bagaimana prioritas menurut anda ?

Masalah! So What gitu loh!

Standard
Socrates pernah berkata bahwa hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Hanya ada satu tempat di dunia ini di mana manusia terbebas dari segala ujian hidup, yakni kuburan. Berarti, tanda bahwa manusia tersebut masih hidup adalah ketika dia mengalami ujian, kegagalan dan penderitaan. Lebih baik kita tahu mengapa kita gagal dari pada tidak tahu mengapa kita berhasil.
Seperti sebuah mutiara, mutiara yang mahal itu berasal dari masuknya sebuah butir pasir ke dalam tiram yang terbuka. Pasir yang masuk ini ternyata menimbulkan sakit yang luar biasa sehingga untuk menahan rasa sakit tersebut sang tiram membungkus pasir itu dengan “air liurnya” dan pada akhirnya secara tidak sadar kerang itu menghasilkan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Terkadang hidup ini perlu merasakan sakit dan ujian bahkan jatuh hingga titik nol untuk menemukan esensi nilai hidup itu sendiri.
Seperti kisah pohon bambu yang hidup enak dalam rumpunannya terpaksa harus ditebang dan menderita, rasa sakit yang amat sangat ketika dipotong – potong. Namun, sang bambu akhrinya mengerti setelah ia tahu bahwa dirinya dipergunakan untuk saluran air bagi masyarakat, obor, kentongan dan lemang. Rasa sakitnya ternyata bermakna untuk kebahagiaan orang lain. Mungkin juga ujian hidup yang tengah kita alamai saat ini sedang dipersiapkan untuk memberi jalan amal bagi kebahagiaan orang lain.
Itulah sebabnya seorang sufi pernah mengajarkan bahwa ketika ujian hidup datang jangan berdoa kepada sang pencipta supaya ujian itu berlalu , melainkan berdoalah, ” Wahai yang Maha Pencipta. Berilah kekuatan kepadaku untuk melalui dan menghadapi ujian hidup ini.”

Masalah! So What gitu loh!