Menara Phinisi dan Pisang Ijo.

Standard

Saat menulis ini, saya sedang di Makassar. Baru beberapa hari datang di Makassar memang. Setidaknya sesuai dengan jadwal, sampai akhir Desember 2011 ini saya harus menyelesaikan Tugas disini. Kami mengerjakan proyek Pembangunan Menara Phinisi (banyak orang menyebut demikian) di Kampus Universitas Negeri Makassar.

Seperti biasanya, suasana baru juga memerlukan adaptasi yang baru pula. Saat mendarat pertama kali di Makassar, cuaca panas datang menyambut. Kebetulan saat ini belum turun hujan. Walaupun demikian semilir angin selalu berhembus tiap saat. Mungkin karena ini pula Makassar ini dijuluki kota Angin Mamiri.

Proyek yang kami tangani disini cukup unik, dilihat dari strukturnya saja (kebetulan dikerjakan oleh perusahaan lain) terlihat sangat tidak simetris. Selanjutnya tugas kami adalah mengerjakan pekerjaan Finishingnya. Gambaran mengenai Tower Phinisi yang belum jadi ini terlihat seperti skrinsyut dibawah ini :

Lokasi proyek ini berada di area kampus Universitas Negeri Makassar, jadi kalau saja ada teman blogger di Makassar mau kopdar dengan saya silahkan saja datang. Pekerjaan yang menantang mengingat waktu yang cukup mendesak, sehingga kami harus bekerja keras untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Menara atau Tower Phinisi ini nantinya tidak hanya menjadi kebanggaan Universitas Negeri Makassar saja tetapi juga kebanggaan warga Makassar. Berikut ini gambar 3D bagaimana saat bangunan ini jadi nanti :

Satu lagi, ada yang menarik pada saat awal kedatangan saya ke tempat ini. Dimana diseberang jalannya dibuka semacam outlet penjualan Pisang Ijo. Suatu makanan yang menggunakan bahan utamanya pisang kemudian dibungkus dengan semacam pelapis yang berwarna hijau. Sulit memang mendeskripsikan tentang makanan, lebih mudah jika kita langsung mencobanya.

Bentuknya dan warnanya yang unik serta kreatifitas dari penciptanya sehingga pisang pun dapat dijadikan sebagai inovasi baru di bisnis kuliner disamping rasanya yang memang enak serta harganya yang tidak mengurangi ketebalan dompet.

Satu kalimat bijak ingin saya share disini : “Setiap orang mengingkan kondisi ideal, namun dalam perjalan hidup saya, sulit sekali menemukan kondisi yang ideal. Namun jika kita telaah lebih mendalam lagi, Tuhan banyak memberikan nikmat yang wajib kita syukuri, agar kita selalu mau belajar untuk menjadi lebih maju dan mau melayani”.

Nasi Pecel Botorejo

Standard

Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin posting tentang nasi pecel Botorejo ini, namun baru kali ini saya bisa menulis dan ditambah sore tadi saya baru saja kesana. Well, sekilas tidak ada yang istimewa dari Nasi pecel yang berada di daerah Jombangan – Pare – Kediri ini. Lokasi yang agak masuk kedalam beberapa ratus meter dari perempatan Jombangan Pare.


Ciri khas dari nasi pecel ini adalah tempatnya yang menggunakan pincuk (daun pisang). Dan yang mengherankan saya adalah walaupun tempatnya masuk kedalam namun pembelinya banyak dari luar kota. Apalagi masih suasana libur Idul Fitri seperti ini, tentu saja suasana sangat ramai di pecel Botorejo Jombangan ini.



Memang nasi pecel disini sangat nikmat jika dimakan pada saat masih panas. Rasa sambal tumpangnya yang menurut saya nampol sekali. Kelengkapan rasa menjadi komplit dengan meminum teh hangat yang disediakan. Jika anda pergi ke daerah Pare untuk bermain ataupun belajar bahasa Inggris, jangan lupa untuk mencicipi nasi pecel Botorejo ini.

Kemacetan

Standard

Kemacetan sudah barang tentu makanan sehari-hari jika kita hidup dikota besar, apalagi Jakarta. Berita ditelevisi pun selalu mengamini bahwa masalah utama ibu kota saat ini adalah transportasi, kemudian selanjutnya disusul oleh musibah tahunan banjir. Oke yang ingin saya garis bawahi disini adalah soal kemacetan.

Pada saat di Jakarta, saya dibilang jarang menggunakan angkutan umum pada saat jam berangkat atau pulang kerja, kita biasanya menyebutnya dengan jam sibuk. Angkutan umum baik Trans Jakarta, KRL atau apapun, dikarenakan jarak kantor dan tempat kost dapat ditempuh dengan ayunan kaki. Namun bukan berarti saya tidak pernah.

Jadi saya pernah naik kereta, waktu itu sabtu pagi, dari stasiun cawang ke stasiun UI. Wow waktu itu kereta sangat ramai, jika gerbong ibarat panci, maka anda sebagai penumpang ibarat nasi yang ditekan-tekan hingga memenuhi ruang panci, sehingga melihat sendal sendiripun kesulitan. Itu masih hari sabtu apalagi hari kerja.

Kembali berbicara masalah kereta listrik, dulu waktu saya di proyek perpus UI, setiap hari saya pergi dari cawang ke Depok, saya lewat jalan yang disebelahnya adalah jalur rel kereta api. Jadi 2 tahun yang lalu, saya selalu melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa kereta api yang masuk dari arah Bogor ke Jakarta terlihat masih sedikit ruang untuk diduduk diatas gerbong. Terkadang pun diatas gerbong pun penuh. Bagaimana yang didalam gerbong? mungkin bisa diibaratkan seperti nasi yang ditekan-tekan hingga menjadi bubur.

Kelihatanya antara 2 tahun yang lalu dengan yang sekarang tidak jauh berbeda. Baik yang masuk dari arah Selatan ataupun dari arah timur. Tidak hanya dikereta api saja. Kemacetan rupanya sudah mengakar disegala aspek transportasi di ibukota tercinta ini. Sore tadi saya dari Depdagri mau pulang ke Cawang, saya putuskan naik Trans Jakarta ( kalau busway = Jalan bus, kemarin saya bilang naik bus way saya dimarahi orang ini), saya menunggu di Halte Pecenongan, memang kalau jam pulang kerja, transportasi di Jakarta ini dapat dikatakan Tidak Ideal. Menunggu hampir 1,5 jam, tiap bus trans yang datang selalu penuh, bisa masukpun hanya beberapa orang dan harus berdesak-desakan.

Oke cukup sudah keluh kesahnya, dari pada mengeluh lebih baik memberikan masukan, siapa tahu ada pejabat negara bidang transportasi membaca postingan ini dan dipertimbangkan 🙂 Sebaiknya mengatur jumlah armada, menambah armada pada saat jam-jam sibuk dan kalau sudah tidak sibuk armada dikurangi. Jadi ada sistem pengaturan jumlah armada. Baik moda apapun. Yang kedua bagaimana kalau pemerintah menggalakkan untuk menggunakan kendaran umum. Namun kalau dilogikakan sekarang saja, yaitu orang menggunakan kendaran pribadi masih banyak saja, angkutan umum seperti kerata tiap pagi penuh hingga naik-naik keatas, apalagi kalau semua naik angkutan umun. Sebenarnya hal ini bisa jika pemerintah bersungguh-sungguh meningkatkan layanan transportasi.

Belajar dari pelajaran kuliah rekayasa jalan raya dulu, seperti dibuat penelitian, katakanlah yang masuk kereta apa dari arah selatan. Secara simple pada waktu jam kerja (6-8 pagi) Jumlah yang masuk adalah 20.000 orang (umpama), satu kereta 1000 orang (umpama) berarti antara jam 6-8 pagi berangkatkan 20+1 kereta (Bisnis+ekonomi). Berarti idealnya setiap 6 menit ada kereta…. logis ga ya…? hal lain yang harus dipikirkan adalah penggunaan angkutan lain, seperti microlet, bus, kopaja dan lain-lain.

Sepertinya itu saja, karena kemacetan semakin lama dibahasan semakin tidak jelas arahnya, yang diperlukan adalah Action.

Nomaden

Standard

Nomaden. Jika saya membuka wikipedia dan mencari apa makna nomaden, maka wikipedia mendefinisikan nonmaden seperti ini

Bangsa Nomaden atau bangsa pengembara, adalah berbagai komunitas masyarakat yang memilih hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain di padang pasir atau daerah bermusim dingin, daripada menetap di suatu tempat. Masyarakat yang berpindah-pindah tempat tetapi bukan di padang pasir atau daerah bermusim dingin, disebut sebagai kaum gipsi. Banyak kebudayaan dahulunya secara tradisional hidup nomaden, akan tetapi kebiasaan tradisional nomaden tersebut semakin lama semakin berkurang di negara-negara yang telah mengalami industrialisasi.

Wah ternyata wiki (bukan wiki-wikian ya) mengartikan nomaden dengan menambahkan bangsa. Padahal kalau menurut saya artinya berpindah-pindah. Tiba-tiba saja teringat kata “nomaden”. Berapa waktu ini saya dapat dikatakan nomaden. Setelah siap menetap selama 1 tahun disini, ternyata jalan yang harus ditempuh adalah jalan yang lain. Dan baru beberapa minggu disini, empunya harus siap-siap lagi ke kota angin mamiri. This is another way of my life journey… Enjoy aja.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

Kembali ke ibu kota

Standard

Memang benar waktu hal yang sangat berharga, waktu 1,5 tahun tak terasa. Ya setelah satu setengah tahun berkutat disana, * Finally i am back to the first crowded city on country that we call Jakarta*. Selama satu setengah tahun di Tanjung Balai Karimun, memang banyak hal berkesan disana. Kota kecil, kota berazam, kota dimana kita harus nyebrang dengan Dumai Express atau Miko Natalia ke sana. Saat awal-awal disana, dengan segala tantangannya disana. Suasana sederhananya disana, dan berbagai keadaan yang saya alami disana, suasana pusat kota yang kecil disamping pelabuhan. Serta habis menonton pertandingan volley wakil bupati cup disana. Akhirnya aku harus melangkah. Karena dinas saya disana sudah selesai.

Dan akhirnya saya mendapat tugas untuk satu tahun kedapan di Ibu Kota yang macet ini. Kota crowded yang amat sangat, sangat kontras jika dibanding dengan tempat sebelumnya. Masalah klasik dari Ibu kota Jakarta yaitu kemacetan setidaknya akan saya rasakan setahun kedepan. Amanah yang baru sudah menanti disini, semoga semua berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan yang berarti.


Pepatah bilang masa lalu itu waktu yang sudah berlalu, masa depan misteri dan sekarang adalah waktu untuk menentukan dan merubah segalanya.

Senja Sore dan Bola Volley

Standard

Hari senin sore kemarin saat perjalanan pulang dari proyek, saya dan teman saya mampir ke stadion Badang Perkasa. Ada kejuaran Bola Volley disana. Salah satu tim yang bertanding sore itu adalah mantan timnya teman saya tadi. Saya datang pukul 3 sore, rupanya pertandingan hari itu ada 2 game. Game pertama bola volley putri. Saya menunggu beberapa saat sebelum partai putra itu dimulai.


Saat memasuki GOR ini, ada kesan mewah di GOR Tanjung Balai Ini. Maklum saja di daerah tempat saya tidak ada GOR semacam ini. Masuk ke arena pertandingan itu tidak perlu merogoh kocek sepeser pun alias gratis. Jika dilihat dari sarana yang ada disini, sepertinya Tanjung Balai Karimun sangat serius untuk membangun prestasi dibidang Olah Raga.


Saat saya masuk, kurang lebih ada sekitar kurang lebih 200 orang yang menyaksikan pertandingan. saat itu masih pertama yaitu Bola volley untuk putri. Beberapa saat kemudian pertandingan bola volley putri selesai dan dilanjutkan dengan pertandingan bola volley kedua yaitu putra yang sedang kami tunggu-tunggu.


Tim Palma melawan tim PGRI Tebing. Saya menjagokan Palma. Set pertama dilalui dengan mulus dan bagus, sehingga set pertama berhasil dimenangkan. Namun tim PGRI mampu bangkit dan bermain lebih bagus, sehingga 3 set berikutnya berhasil mereka menangkan. Pertandingan yang seru.

Dari pengamatan saya, dengan banyaknya even olahraga di Tanjung Balai ini, sepertinya mereka sangat serius untuk membina dan mengembangkan bidang olah raga. Tentu mereka juga membangun infrastruktur yang membangun hal itu.

Mengunjungi Camp Vietnam

Standard

Berkunjung ke Camp Vietnam. Jika waktu kecil dulu saya hanya mendengar tentang berita perang vietnam dan mungkin hanya gambaran sekilas dari film tentang perang tersebut terutama di TV saat itu.

Memang perang vietnam itu terjadi di akhir dekade 1970 an. Dari kisah kelam peperangan itu, sebenarnya ada sejarah yang terukhir di Indonesia. Kok bisa? Perang saudara antara Vietnam utara dengan Vietnam Selatan.

Vietnam Utara pro Komunis dibantu China, sedangkan Vietnam Selatan dibantu oleh Amerika. Pada film yang saya tonton tentang perang di Vietnam ini, setiap film selalu menceritakan dominasi tentara amerika, tapi apakah memang demikian, tatkala penduduk Vietnam Selatan waktu itu melarikan diri saat perang terjadi.

Saat ekspansi rakyat vietnam selatan pasca perang, banyak diantara mereka pergi ke negara-negara sekitar. Sehingga saat itu UNHCR (salah satu organisasi PBB tentang kemanusiaan) mendirikan tempat penampungan di Pulau Galang Indonesia atau lebih terkenalnya disebut dengan Camp Vietnam.


Saat ini Camp Vietnam adalah salah satu andalan tempat Wisata di Batam. Memang dari Batam kita perlu menyebrang beberapa pulau lagi ke tempat ini. Untungnya antar pulau itu sudah dihubungkan dengan jembatan sehingga kita dapat melaluinya dengan kendaraan. Kalau dari Batam kita akan menyeberang bebarapa jembatan, tentu saja yang paling menarik adalah saat kita melewati jembatan yang pertama, ya itu adalah jembatan Barelang. Jembatan yang menjadi icon kebanggaan warga Batam.


Memasuki Camp Vietnam ini, suasana saat tempat ini dihuni dulu memang sangat terasa. Pada kediamannya seolah menyembunyikan rahasia dan sejarah tentang pedihnya peperangan. Sekitar 250 Ribu pengungsi ada di Camp ini, pengungsinya dulu multi agama hal ini ditandai dengan dibangunnya kuil dan gereja.


Di Camp ini juga dibangun tempat Sekolah, Rumah Sakit, Rumah peribadatan, dan tempat pertemuan. Saat saya datang kesana memang hanya bangunan tua yang terlihat dimata saya. Namun hal itu tidak bisa menyembunyikan gambaran kehidupan kala itu kepada kami.

Disebuah musium tepat ditengah area Camp ini, memberikan informasi pada kita apa yang terjadi selama masa pengungsian tersebut. KTP penghuni yang masih tersimpan di musium ini, serta potret yang tertempel di dinding-dinding musium mengenai peran bangsa kita terhadap Camp ini, yang saat itu Almarhum Jendral Suharto yang memimpin. Camp yang ditinggal penghuninya semenjak tahun 1996 ini memang layak kita jadikan kunjungan wisata, karena banyak pelajaran yang tersimpan didalamnya.



Jadi jika anda berkunjung ke Batam, jangan lupa mengunjungi tempat bernilai sejarah ini, mari bersama kita lestarikan dan promosikan. *Mendukung Visit Indonesia*

Asyiknya memutar musik dengan Clementine

Standard

Berawal dari rasa kurang puas dari Audio player Banshee bawaan ubuntu 11.04, saya kemudian mencari Audio Player yang lain. Kemudian tidak lama saya menemukan Clementine. Jika kedengaran asing, maka memang wajar, karena Clementine memang baru saja dibuat.Kemudian saya install, wow fiturnya lengkap dan Tampilan yang enak dilihat mata.

Ternyata Clementine ini adalah program multicross platform, artinya bisa diputar di Linux, Windows atau Mac. Karena kalau tidak salah program ini dikembangkan dengan Qt. Untuk mencoba software ini silahkan langsung meluncur ke TKP disini!

Sampai tulisan ini saya buat, Clementine mempunyai versi yang terbaru 0.7. Musik Player ini terinspirasi oleh media player Amarok. Anda pasti tahu Amarok terutama yang menggunakan linux berdesktop KDE. Ya tampilannya memang mirip amarok tapi bedanya bisa di Install dimana saja.

Kelebihan dari Clementine ini seperti dijelaskan di website resminnya antara lain memiliki kelebihan :

  • Search and play your local music library.
  • Listen to internet radio from Last.fm, SomaFM, Magnatune, Jamendo and Icecast.
  • Create smart playlists and dynamic playlists.
  • Tabbed playlists, import and export M3U, XSPF, PLS and ASX.
  • CUE sheet support.
  • Visualisations from projectM.
  • Lyrics and artist biographies and photos.
  • Transcode music into MP3, Ogg Vorbis, Ogg Speex, FLAC or AAC.
  • Edit tags on MP3 and OGG files, organise your music.
  • Fetch missing tags from MusicBrainz.
  • Download missing album cover art from Last.fm.
  • Cross-platform – works on Windows, Mac OS X and Linux.
  • Native desktop notifications on Linux (libnotify) and Mac OS X (Growl).
  • Remote control using a Wii Remote, MPRIS or the command-line.
  • Copy music to your iPod, iPhone, MTP or mass-storage USB player.
  • Queue manager.

Namun yang membuat saya menyukai ini adalah pada saat saya terkoneksi dengan internet dan mendengarkan musik dengan Clementine ini, secara otomatis saya akan tahu lirik dari lagu yang saya dengarkan dan informasi mengenai lagu yang sedang saya putar ini secara langsung. Bagi yang suka lagu-lagu luar namun tidak hafal lirik, maka sangat cocok menggukanan clementine music player ini.



Silahkan Mencoba musik media player ini jika anda ingin mendapatkan suasana baru.

Dan sebenarnya untuk mereka sendiri

Standard

Dan sebenarnya untuk mereka sendiri, dilihat dari judul postingan ini nampaknya ada satu point yang menekankan sikap egois mementingkan diri sendiri. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa egois adalah bagian dari manusia. Mereka selalu bersemangat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka tidak tertarik terhadap apa yang saya mau.

Berawal dari obrolan orang jelata ditempat saya, dari obrolan itu mereka lebih berminat terhadap hal-hal yang mereka inginkan seperti mendapat emas, mendapat insentif tambahan, bekerja dengan keras agar hasilnya juga besar dan lain-lain, ketika ditanya pendapat tentang nasib kerjaan yang kemungkinan akan mendapatkan untung atau rugi, mereka acuh dan mereka mengatakan itu urusan raja bukan urusan saya.

Apa jadinya jika raja hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri tanpa memikirkan apa yang diinginkan dari pasukannya, raja bodoh namanya. Karena hal yang terjadi adalah pasukan akan bekerja secara terpaksa, tidak enjoy dan secara situasi itu hal yang tidak menguntungkan, raja kehilangan wibawa dan fuihhh kelaut aja.

Bagaimana raja yang pintar? Dengan ilustrasi cerita raja pintar dan raja bodoh yang berikut ini mungkin pembaca bisa menarik kesimpulan. Kedua raja akan memancing, yang tujuannya adalah mendapatkan ikan. Raja pintar sangat suka dengan Biskuit, sementara raja yang bodoh kebetulan juga menyukai biskuit.

Pada saat memancing Raja bodoh menggunakan biskuit sebagai umpan, karena raja bodoh ini sangat menyukai biskuit, ya namanya raja bodoh mementingkan kesenangan diri. Berbeda dengan raja pintar, walaupun ia sangat suka dengan biskuit, namun ia sadar ikan tidak suka biskuit tapi lebih menyukai cacing, maka raja pintar menggunakan cacing sebagai umpan. Sekarang mana yang bodoh?

Kalau boleh saya jabarkan, Raja bodoh adalah Bos, Raja pintar adalah Pimpinan dan Pasukan adalah pegawai atau anak buah.

Menemukan Kembali (Warung Bebek)

Standard

Setelah kurang lebih 1,5 tahun di Tanjung Balai Karimun, dan setelah sekian lama mencari, akhirnya menemukan juga warung bebek. Mengingatkan akan hobi makan bebek ketika masih kuliah dahulu di Surabaya. Kalau di Surabaya mau mencari warung bebek tinggal jalan, tapi kalau di Tanjung Balai ini menemukan warung menjual menu bebek adalah hal yang tidak gampang.



Letaknya berada dijalan Ahmad Yani, Tanjung Balai Karimun. Kalau dari Indo A Yani, jalan 40 meteran, sebelum lampu pertigaan. Namanya Warung Ayam Penyet Ria, walaupun menu utamanya adalah ayam penyet, namun disini dijual juga menu bebek. Wow mantabs, mengobati kerinduan makan bebek. Cara memasaknya agak berbeda, bebek yang disini sistemnya di presto. Yang jelas ada plus minusnya dibanding sama langganan saya disurabaya.